Klasik.

Kata mereka hidupnya sempurna, nyaris tak tersentuh realita.

“Tawanya tak pernah pudar, seperti bahagia yang tak ada lekang….”, kembali mereka berujar.

Ia yang menyadari kepadanya pujian itu ditujukan, mencoba tetap tersenyum dan memperlihatkan sederet giginya yang rapi tak bercela.

Mereka tak tahu apa yang sedang dihadapinya dibalik kelir bahagia yang ditampakannya.

Pernah aku bertanya padanya, “Mengapa kau selalu menampakkan senyummu? Harusnya biarkan mereka mengetahui bahwa kau tidak sesempurna itu, kau tidak sebahagia itu”

Kemudian ia menjawab, “Tak perlu lah mereka mengetahui keluh kesahku, toh mereka bisa apa? Hanya Tuhanku yang perlu tau, karena hanya Tuhanku yang bisa menguatkanku.”

Ilusi Bahagia dalam Harapan


Ada yang bilang waktu itu relatif. Katamu cepat, kataku lambat.
Begitupun rasa yang selalu melihat perspektif. Kataku merana, katamu suka cita.
Ini bukan tentang narasi imajinatif yang selalu berhasil membangun kepuasan diri.
Namun lebih kepada hasrat adiktif demi menghibur hati.

Katanya harapan dapat membuat seseorang senantiasa bertahan.
Namun apa artinya jika harapan kemudian hanya menjadi khayalan.
Semu, sendu, dan penuh ragu.
Lama lama aku belajar untuk berhenti berharap, daripada nantinya membuatku jatuh, tertinggal, dan terlindas.

Aku sedang merasa semesta berusaha mensubstitusi prinsip diriku yang tak lagi berapi-api.
Kala itu mudah saja mencari pelarian, bermain telepati agar bersemangat kembali.
Dewasa ini semua tak lagi sama, apakah lantas membuat bahagiaku ikut sirna?


Untuk semua yang sedang berjuang untuk menemukan kembali bahagianya…..

Kisah Dia.

September tanggal tiga
Ia masih termangu seperti hari hari sebelumnya
Angannya melayang menjelajah masa depan
Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan yang kerap membuatnya terjaga

Ia tengah berusaha untuk memerangi sedu yang datang
Entah apa sebetulnya alasan yang acapkali sukses membuatnya terisak
Senyum yang dulu senantiasa hangat, kini tampak hambar
Ia selalu terlihat resah, sorot matanya menyiratkan kegelisahan dan ketakutan

Pernah sekali aku bertanya, ada apa dengannya
Ia terdiam sesaat, kemudian perlahan menggelengkan kepalanya kiri dan kanan
“Aku tidak tahu”, jawabnya pasrah
“Aku hanya merasa sepi, kosong, dan aku tak dapat melihat diriku di masa depan.”

Aku terhenyak.
Aku mengenalnya sebagai seorang dengan kemampuan prekognisi yang akurat.
Walaupun ia tak pernah mengakui, beberapa kejadian membuktikan ia memang manusia dengan intuisi kuat
Bahkan jika aku tak beragama, mungkin aku sudah menganggapnya sebagai peramal dan meminta jimat

08.32